Menelusuri Kedamaian di Tengah Jejak Sejarah: Masjid Baiturrahman Aceh

Halo sahabat Merdeka! Aku Puput Siti Aisyah, mahasiswa dari Universitas Indonesia, sedang menjalani semester 4 di Program Studi Ilmu Komunikasi. Sebagai Alumni PMM 3 Universitas Muhammadiyah Aceh, aku telah mengalami pengalaman luar biasa melalui program Pertukaran Mahasiswa Merdeka 3. Pengalaman ini bukan hanya mengenai pengetahuan budaya dan lingkungan, tetapi juga memperdalam pemahamanku akan keberagaman dan kekayaan Indonesia.

Salah satu momen paling berkesan dalam petualanganku adalah kunjunganku ke Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh. Di balik kemegahan arsitekturnya, masjid ini menyimpan sejarah panjang yang memukau dan menyentuh hati.

Merasakan Kedamaian di Tengah Jejak Sejarah: Masjid Baiturrahman bukan hanya bangunan tua, tetapi juga peninggalan sejarah yang hidup. Dibangun pada tahun 1879, masjid ini menjadi saksi perjuangan rakyat Aceh melawan penjajahan Belanda. Bahkan, dalam masa perang Aceh pada tahun 1873, masjid ini menjadi pusat pertahanan yang gagah berani.

Keanggunan Arsitektur yang Menggetarkan: Saat aku memasuki masjid, aku langsung terpesona oleh keindahan arsitekturnya. Kubah emas yang menjulang tinggi, ukiran-ukiran halus, dan mozaik yang indah, semuanya menciptakan suasana yang luar biasa dan penuh keagungan.

Kedamaian di Tengah Badai Tsunami: Salah satu momen yang paling mengesankan adalah saat aku menyadari bahwa meskipun tsunami dahsyat melanda Banda Aceh pada tahun 2004, Masjid Baiturrahman tetap kokoh berdiri. Masjid ini menjadi tempat perlindungan bagi banyak orang yang mencari keamanan dan ketenangan di tengah kehancuran yang melanda.

Pengalaman Spiritual yang Mendalam: Menginjakkan kaki di dalam masjid ini, aku merasakan kedamaian yang begitu mendalam. Suara azan yang merdu, aroma harum dupa, dan suasana khusyuk para jamaah yang sedang berdoa, semuanya menyatu membentuk sebuah pengalaman spiritual yang tak terlupakan.

Harapan dan Kehangatan Bersama: Saat aku duduk di dalam masjid itu, aku tak bisa menahan diri untuk tidak berdoa. Setiap doa yang kuucapkan penuh dengan harapan dan rasa syukur atas pengalaman luar biasa ini. Dan aku berharap suatu hari nanti aku bisa kembali lagi ke tempat yang begitu menyentuh hati ini, bersama teman-teman seperjalanan yang telah menjadi bagian dari perjalanan spiritualku.

Pengalaman ini telah mengajarkanku bahwa di tengah-tengah kehidupan yang penuh liku-liku, masih ada tempat-tempat suci yang mampu memberikan kedamaian dan ketenangan yang kita butuhkan. Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua untuk selalu mencari dan menghargai keindahan dan kedamaian di sekitar kita.

Salam hangat dari keluarga besar PMM 3 UNMUHA, semoga akan ada masa di mana kita bisa berlabuh dan melepaskan sepatu kembali ke tempat di mana kita melukiskan sejuta cerita.


Pojok Kampus: Punya keresahan yang ingin dituangkan dalam bentuk tulisan? Pengalaman, cerita unik, hal seru, atau informasi seputar kampus yang ingin disampaikan kepada publik? Atau ingin menyampaikan ide, opini dan kritik seputar dunia kampus? Yuk menjadi kontributor dan kirim naskah tulisanmu ke laman Pojok Kampus. Sebelum itu, sebaiknya kamu ikuti dengan seksama, teliti, dan hati-hati Panduan Kirim Tulisan dan Poin Kontributor di sekampus.com

Puput Siti Aisyah
Puput Siti Aisyah
Mahasiswa semester 4 Program Studi Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia Membangun. Alumni PMM3 Universitas Muhammadiyah Aceh. Memiliki minat dalam bidang jurnalistik. Percaya bahwa jurnalistik adalah alat penting untuk menggali informasi dan menyimpulkan fenomena dengan kritis.
RELATED ARTICLES

Leave a Reply

Ramai Dibaca