Setelah pesta kembang api dini hari yang meriah, tepat pagi tanggal 1 Januari 2024, kami, mahasiswa PMM Universitas Djuanda, menyelesaikan Modul Nusantara ke-15 bersama-sama. Terbagi dalam tiga kelompok: Kelompok 1 Sadulur Kadeudeuh, Kelompok 2 Catura Centaka, dan aku dari Kelompok 3 Neng Akang Bageur.
Malam sebelumnya dipenuhi dengan isak haru menyadari bahwa waktu bersama kami tidak akan lama lagi. Di sekitar api unggun, kami berdiri bersama dosen-dosen Modul Nusantara. Setiap kelompok mewakili diri untuk menyampaikan kesan dan pesan selama kami berada di Bogor, menjadi bagian dari keluarga besar PMM 3 Universitas Djuanda, dan perjalanan kami bersama dalam kelompok. Ketiga perwakilan itu mengucapkan rasa syukur atas penerimaan kami di Universitas Djuanda, terima kasih atas perhatian yang diberikan oleh dosen-dosen Modul Nusantara, sehingga selama di perantauan kami merasa seperti dijaga dan diperhatikan dengan baik.
Kami juga menyampaikan betapa besar rasa sayang dan hormat kami satu sama lain. “Kuharap kalian tetap bahagia di mana pun berada,” ujar salah satu perwakilan. Kalimat sederhana ini sangat bermakna bagi kami. Kami telah saling berbagi canda dan tawa, suka dan duka, di bawah terik matahari maupun hujan di langit Bogor.
Saat embun masih menyelimuti Gunung Salak, beberapa teman sudah berenang di kolam dekat perkemahan. Salah satu teman sekelas ku, yang juga teman sekamar, mengajakku ke jembatan yang di bawahnya terdapat sebuah curug. Tanpa ragu, kami pun berjalan ke sana.
“Tataaa, lucu haha, hati-hati jangan sampai jatuh,” teriak Marlon dari bawah jembatan, melihatku menancapkan inhaler di hidung dan menengok ke bawah. Awalnya, aku tidak berniat turun, tapi Bapak Amril melewati ku di jembatan dan mengajak ku turun bersamanya.
“Ayo kita cari curug yang lebih dalam!” teriak salah satu anggota rombongan setelah sampai di bawah jembatan.
Walaupun sedang sedikit demam dan membawa inhaler, melihat teman-teman begitu bersemangat menjelajahi membuatku ikut tertarik. “Kapan lagi aku bisa bermain bersama mereka? Kapan lagi bisa menjelajahi curug bersama Bapak Amril selaku dosen Modul Nusantara ku? Kapan lagi bisa main ke Bogor?” Pikiran-pikiran itu melintas dalam benak ku. Meskipun di Makassar juga banyak curug, tapi tentu rasanya berbeda. Berbeda karena tidak bersama mereka dan tentu momennya pun berbeda.
Setelah menjelajah cukup jauh melewati bebatuan sungai yang besar dan licin bersama The Qorina, Antio, Ariska, Baidha, Naomi, Safrin, Tika, Ridho, Kak Fahmi, Marlon, Farid, dan Bapak Amril, kami akhirnya sampai di sebuah curug yang terasa sulit untuk disebrangi. Entah nama curugnya apa, apakah masih bagian dari Curug Tonjong atau bukan, ku tidak begitu tahu. Kami berhenti di sana dan bermain. Curug yang kami temukan cukup dalam untuk melompat dari atas batu dan berenang di bawahnya.
Aku mencoba berenang, dan inhaler ku sampai-sampai mengapung dan harus diselamatkan oleh Bapak Amril. “Sini, Bapak pegangin. Ayo, Tata, kamu bisa. Coba berenang ke ujung, nanti ditangkap oleh Fahmi dan Antio,” kata Bapak Amril memberi semangat. Kalimat itu berhasil mengurangi rasa takutku akan tenggelam. Aku tahu mereka tidak akan membiarkan ku tenggelam, dan “Yes, I did it!” aku berhasil berenang ke seberang.
Kemudian, kami semua naik ke atas batu yang tinggi untuk melompat. Itu adalah kali pertama aku merasakan melompat dari atas batu, meskipun sebelumnya aku ditertawakan karena masih ragu-ragu. Jujur saja, melihat ke bawah membuatku merasa takut. Aku pun duduk cukup lama di batu, mengumpulkan niat dan keberanian. Akhirnya, air yang mengalir menuruni batu pun terhenti, bahkan struktur batunya terlihat jelas dan kering kerontang.
Meskipun tidak sempat direkam, di tengah hutan belantara itu, mata dan hati ku mengingat lebih banyak daripada yang bisa direkam oleh kamera mana pun.
Pojok Kampus: Punya keresahan yang ingin dituangkan dalam bentuk tulisan? Pengalaman, cerita unik, hal seru, atau informasi seputar kampus yang ingin disampaikan kepada publik? Atau ingin menyampaikan ide, opini dan kritik seputar dunia kampus? Yuk menjadi kontributor dan kirim naskah tulisanmu ke laman Pojok Kampus. Sebelum itu, sebaiknya kamu ikuti dengan seksama, teliti, dan hati-hati Panduan Kirim Tulisan dan Poin Kontributor di sekampus.com
[…] kami tetap berkumpul di Lapangan Universitas Djuanda tepat didepan Indomaret. LO kami memberi uang jalan kepada masing-masing kelompok untuk menunjang […]