Duka Palestina, Duka Bersama

Di era digital saat ini, media memegang peranan besar dalam merekam sejarah. Namun, media Barat sering membungkam dan menutupi kebenaran. Sejak kedatangan Israel ke Palestina, Israel telah menyebabkan banyak kerusakan. Warga Palestina diperlakukan secara tidak manusiawi: ditendang, dibantai, ditawan, bahkan dibunuh. Kejahatan ini sering ditutup-tutupi oleh media Barat yang cenderung pro-Israel, sehingga banyak orang yang tidak menyadari kebenaran ini.

Setelah Perang Dunia I, Inggris dan Prancis mengalahkan Kekaisaran Ottoman dan menguasai Palestina. Wilayah jajahan mereka dibagi menjadi tiga bagian: Zona A (Suriah, Lebanon) dikuasai oleh Prancis, Zona B (Palestina, Irak) dikuasai oleh Inggris, dan Zona C (zona kepentingan) dikuasai bersama. Awalnya, Palestina didominasi oleh orang Arab, tetapi kini Yahudi lebih mendominasi. Militer Israel (IDF) yang kuat didukung oleh negara-negara super power seperti Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris, sehingga Israel semakin berkuasa dan menindas rakyat Palestina.

Ketika Inggris berkuasa di Palestina, terjadi Perang Enam Hari yang memakan banyak korban jiwa. Inggris merespons dengan brutal, melakukan penangkapan massal, penghancuran rumah, dan pembunuhan ribuan warga Palestina. Sementara itu, di Eropa, Yahudi dibantai oleh Nazi Jerman, sehingga mereka bermigrasi ke seluruh dunia, termasuk Palestina.

Pada tahun 1948, David Ben Gurion mendeklarasikan berdirinya Israel. Sehari setelah proklamasi, zionis mulai memperluas wilayah dengan menghancurkan desa-desa dan mengusir warga Palestina. Tragedi ini disebut Nakba. Dalam tiga tahun, Israel menguasai 78% tanah Palestina, sementara 22% sisanya dibagi menjadi West Bank dan Jalur Gaza. Israel juga menguasai Yerusalem Timur, Dataran Tinggi Suriah, dan Semenanjung Sinai Mesir.

Pada tahun 1987, HAMAS dibentuk sebagai sistem pertahanan militer Palestina. Israel terus menyerang Jalur Gaza, membunuh anggota HAMAS serta warga sipil Palestina. Pada Mei 2021, Israel merebut kembali Yerusalem Timur dan menyerang Masjid al-Aqsha.

Pada 7 Oktober 2023, HAMAS mengirim lebih dari dua ribu roket ke Israel. Serangan ini menyebabkan 1400 orang Israel tewas dan 1560 terluka. Media Barat menuding HAMAS barbar dan kejam, tetapi mereka melakukan ini sebagai bentuk perlawanan agar Israel berhenti menjajah. Israel merespons dengan menyerang Palestina dan memblokade Jalur Gaza, menghancurkan fasilitas umum, dan menyebabkan ribuan warga Palestina terluka dan tewas.

Media Barat sering menutup mata terhadap kekejaman Israel, yang melanggar Konvensi Jenewa dan Hukum Internasional Statuta Roma 1998. Benjamin Netanyahu menolak seruan untuk berdamai dengan Palestina. Konflik ini bukan lagi soal agama, tetapi kemanusiaan, karena pengusiran paksa dan pembantaian warga Palestina terus berlangsung.

Peristiwa 7 Oktober bukan berarti Palestina memantik perseteruan, melainkan sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan Israel. Palestina berhak merebut kembali tanahnya yang dijajah. Beberapa negara seperti Cina, Rusia, Turki, Irak, dan Korea Utara mendukung tindakan Palestina. Konflik ini bukan lagi soal agama, tetapi soal hak asasi manusia.

Pada tahun 2023, seharusnya semua negara hidup dalam damai, bukan saling menyerang. Israel sering membenarkan tindakannya, tetapi sejarah menunjukkan bahwa mereka adalah pendatang yang ditolong oleh Palestina. Kini, wilayah Palestina semakin kecil dan bahkan tidak tercantum lagi di peta dunia. Berdiri melawan oposisi bukan berarti antisemitisme, tetapi menuntut keadilan. Penjajahan, okupasi, dan genosida harus diakhiri, karena semua ini melanggar prinsip kemanusiaan.

Kita harus mendukung Palestina dalam perjuangannya melawan penindasan, karena ini adalah masalah kemanusiaan yang harus kita bela bersama.


Pojok Kampus: Punya keresahan yang ingin dituangkan dalam bentuk tulisan? Pengalaman, cerita unik, hal seru, atau informasi seputar kampus yang ingin disampaikan kepada publik? Atau ingin menyampaikan ide, opini dan kritik seputar dunia kampus? Yuk menjadi kontributor dan kirim naskah tulisanmu ke laman Pojok Kampus. Sebelum itu, sebaiknya kamu ikuti dengan seksama, teliti, dan hati-hati Panduan Kirim Tulisan dan Poin Kontributor di sekampus.com


Yuk terhubung dengan teman sekampus di sosial media
instagram: instagram.com/sekampuss
tiktok: tiktok.com/@sekampus

Choirul Anam
Choirul Anam
Choirul Anam, peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka 4 Inbound Universitas Muhammadiyah Aceh yang berasal dari Universitas Madura, Jawa Timur. Choirul Anam adalah penulis buku: Menuju Terang (2020), Andai Dulu Kita Tak Bertemu (2021), Road to Glory (2021), Pelayan Raqib Atidmu (horor), Critical IPA-IPS (novel), dan masih banyak lagi. Selain karya cetak, karya-karya Choirul Anam juga terpublikasi di media digital. Hingga saat ini, tercatat sudah 90 judul buku yang telah dilahirkan.
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Ramai Dibaca