Menelusuri Eksotisnya Curug Cibadak di Kaki Gunung Salak

Setelah jogging beberapa hari belakangan di perumahan Rancamaya sebagai bentuk persiapan trekking di kaki Gunung Salak, akhirnya tibalah hari di mana kami akan mendaki. Hari Sabtu, 18 November 2023. Persiapan fisik, mental, maupun persiapan pendukung pendakian lainnya sudah aman. Dalam ransel sudah berisi air minum, jas hujan, topi, serta makanan ringan.

Dari parkiran, kami memulai trekking sekitar 15 menit, melewati jembatan gantung. Kami melewatinya secara bergantian hingga tiba di Pusat Suaka Satwa Elang Jawa (PSSEJ). Lokasi PSSEJ ini masih berada di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, tepatnya di Kampung Loji, Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Bogor, Jawa Barat. Di sini merupakan pusat rehabilitasi bagi elang-elang yang hampir punah maupun yang terluka untuk mendapatkan perawatan agar bisa kembali dilepasliarkan ke habitat aslinya.

Dari PSSEJ, kami melanjutkan perjalanan. Waktu yang kami tempuh sekitar 30 menit hingga bisa sampai di lokasi Curug Cibadak. Selama perjalanan, kami tidak lupa untuk saling membantu teman-teman yang kesulitan menaiki batu besar, tanpa segan mengulurkan tangan.

Trekking kali ini sungguh luar biasa. Bayangkan saja, kami latihan jogging di Perumahan Rancamaya yang jalannya lurus dan mulus, sedangkan saat mendaki Gunung Salak jalan yang kami lalui terus menanjak dan tidak ada jalan yang datar sama sekali kecuali saat di jembatan.

Definisi latihan soal dan pada saat ujian eh soal yang keluar berbeda, hahaha. Mungkin pula karena ini pendakian gunung pertamaku jadi sedikit kaget tapi juga sangat menyenangkan, apalagi dijalani bersama teman-teman kelompok yang berasal dari pulau berbeda-beda.

Semenjak di lokasi PSSEJ sudah sedikit gerimis, jadi jalur pendakian sedikit becek dan kami berusaha sebisa mungkin untuk tetap berhati-hati agar tidak tergelincir. Upaya lain yang kami lakukan adalah memegang tongkat kayu sebagai topangan.

Kami menemukan pos kecil dan beristirahat sejenak di sana, sekadar meminum air. Salah satu temanku yang bernama Udin sempat memanjat pohon di depan pos untuk mengambil jambu air yang buahnya sangat melimpah. Sampai-sampai banyak yang sudah jatuh berserakan di sekitarnya. Kami membungkus beberapa untuk dimakan di curug. Terima kasih Udin untuk effort-nya memanjat.

Pendakian pun dilanjutkan hingga kami menemukan rambu yang bertuliskan “100 m, Curug Cibadak”. Jembatan pendek menandakan sudah tidak jauh lagi. Dari atas jembatan, kami bisa mendengar suara percikan air sedangkan jika kita menengok ke sebelah kiri, jalur adalah jurang yang sangat curam. Pastikan jika kalian ingin ke sini memperhatikan langkah demi langkah.

Jujur saja, saat sampai di lokasi, curugnya tidak sesuai ekspektasi kami. Airnya terbilang sedikit karena mungkin beberapa hari belakangan sedang kemarau, tapi kami tetap menikmatinya. Bapak Amril, selaku dosen Modul Nusantara kami, bahkan membuat lelucon dengan berkata, “Siapa ini yang matiin keran air di atas?”. Hal itu sontak membuat tawa kami pecah dan sungguh mengobati kekecewaan kami.

Curug Cibadak ini memiliki dua aliran air. Di antara belahan batu ada sedikit sungai kecil yang cukup dalam. Teman-teman bergantian lompat di atas batu dan menyebur ke dalamnya. Curug ini juga memiliki satu lagi aliran air yang berada agak di atas.

Perlu memanjat sedikit lagi untuk bisa sampai. Aku juga sempat naik ke atas melihat bagaimana rasanya curug dari atas sana. Setelah puas mandi dan berfoto-foto, kami pun memutuskan untuk pulang sebelum hari terlalu larut.

Terima kasih kepada The Elda selaku LO yang sudah sabar menunggu dan memastikan adik-adiknya lengkap serta aman, dan kepada Bapak Amril yang senantiasa mengawasi kami di belakang. Serta teman-teman kelompokku, Neng Akang Bageur, atas kerja samanya selama pendakian. Kalian semua hebat!

Tulisanku ini diakhiri dengan bait lagu Hindia – “Membasuh” yang kudengar sepanjang menulis, “Mengering sumurku terisi kembali, kutemukan makna hidupku.. di sini”.

Perjalanan kali ini membuatku menemukan arti yang penting dan berharga dalam hidupku: kebersamaan dan empati yang tinggi. Bukankah bagian yang terpenting adalah bagaimana proses perjalanan untuk mencapai tujuan itu sendiri, bukan?


Pojok Kampus: Punya keresahan yang ingin dituangkan dalam bentuk tulisan? Pengalaman, cerita unik, hal seru, atau informasi seputar kampus yang ingin disampaikan kepada publik? Atau ingin menyampaikan ide, opini dan kritik seputar dunia kampus? Yuk menjadi kontributor dan kirim naskah tulisanmu ke laman Pojok Kampus. Sebelum itu, sebaiknya kamu ikuti dengan seksama, teliti, dan hati-hati Panduan Kirim Tulisan dan Poin Kontributor di sekampus.com

Puspita Aulia
Puspita Aulia
Mahasiswa PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar, Alumni PMM 3 di Univesitas Djuanda
RELATED ARTICLES

Leave a Reply

Ramai Dibaca