Sekampus.com Universitas Airlangga (UNAIR) selalu mendukung mahasiswanya untuk menjadi inovator muda. Salah satu caranya adalah melalui pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), yang menjadi wadah bagi ide-ide kreatif yang membawa dampak positif bagi masyarakat.
Salah satu tim yang memanfaatkan kesempatan ini adalah Tim NaNaRe, dipimpin oleh Rehan Fitrianto dari Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK). Mereka mendapatkan pendanaan untuk PKM Kewirausahaan (PKM-K) 2024.
Bersama timnya, Bey Fitria dan Yulianing Nafisah dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), serta Galuh Naomy dan Nun Aini Qolby dari FPK, Rehan menciptakan alternatif pengganti styrofoam dengan bahan dasar ampas tahu dan rumput laut, yang mendukung keberlanjutan ketahanan pangan.
“Produk NaNaRe merupakan food container biodegradable yang aman karena terbuat dari bahan alami, sehingga tidak mengandung zat kimia berbahaya yang bisa mengkontaminasi makanan. NaNaRe punya banyak keunggulan seperti mudah terurai, tidak bersifat toxic, biodegradable, ramah lingkungan, praktis, dan ekonomis,” jelas Rehan.
Kekhawatiran Akan Sampah Styrofoam
“Awalnya, kami merasa resah melihat tumpukan sampah styrofoam di lingkungan sekitar. Setiap ada acara dengan pembagian makanan, sampah styrofoam menumpuk di tempat sampah. Belum lagi sampah dari bungkus makanan pinggir jalan,” ungkap Rehan. Ini menyebabkan Indonesia berada dalam kondisi darurat sampah styrofoam karena peningkatan jumlah sampah setiap harinya.
“Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), komposisi sampah plastik di Indonesia menjadi yang terbesar kedua setelah sampah rumah tangga,” lanjutnya.
Selain penumpukan sampah styrofoam, masalah kesehatan juga menjadi perhatian tim NaNaRe. Styrofoam termasuk dalam kategori plastik, dan makanan yang dibungkus styrofoam bisa terkontaminasi mikroplastik. WHO bahkan melarang penggunaan styrofoam sebagai pembungkus makanan karena risiko kontaminasi benzena yang berbahaya bagi kesehatan.
Proses Panjang Menuju Inovasi
Setelah berdiskusi tentang masalah sampah styrofoam, tim NaNaRe memutuskan untuk menciptakan alternatif biofoam. Mereka memulai dengan riset tentang bahan baku biofoam seperti biopolimer, termasuk pati, selulosa, dan kitin.
“Setelah riset dan pengumpulan data, kami memutuskan untuk menggunakan ampas tahu, ampas tebu, dan rumput laut kualitas rendah yang biasanya dianggap limbah. Selain menawarkan solusi pengganti styrofoam, kami juga menyelesaikan masalah limbah produksi dan lingkungan,” jelas Rehan.
Tim NaNaRe kemudian melakukan riset dan pengembangan yang mencakup riset formulasi, uji coba, eksperimen, dan uji coba produksi. “Proses ini memerlukan usaha keras untuk menemukan formulasi yang tepat agar produk layak jual,” tambahnya.
Selain mengembangkan produk, mereka juga aktif mengikuti pendampingan PKM-K, berkonsultasi dengan dosen pembimbing, dan mengelola media sosial di Instagram dengan nama nanare.ecoproduct.
“Dengan upaya ini, kami berharap bisa memberikan kontribusi nyata dalam mengatasi masalah lingkungan dan kesehatan,” tutup Rehan.
sumber: unair.ac.id
KAMPUS UPDATE! Menyajikan berita dan informasi terkini langsung dari kampus-kampus di seluruh Indonesia. Di sini, kamu bisa menemukan update terbaru dari laman resmi berbagai perguruan tinggi, termasuk pengumuman penting, acara kampus, pencapaian akademik, inisiatif mahasiswa, dan banyak lagi. Jangan lewatkan kabar terbaru dan tetap terhubung dengan komunitas kampusmu hanya di sekampus.com
Yuk terhubung dengan teman sekampus di sosial media
instagram: instagram.com/sekampuss
tiktok: tiktok.com/@sekampus