Daring Dalam Dilema, Ketika Idealnya Kuliah Offline Terjegal Realita Online

“Hardiknas jadi momen refleksi bahwa tak semua bisa kuliah daring dengan layak. Saatnya benahi system karna pendidikan harus lebih dari sekadar hadir di layar”

Pojok Kampus! Tiap Hardiknas, kita ramai-ramai bicara soal pendidikan sebagai senjata masa depan. Tapi sayangnya, senjatanya sering kali tumpul karena kelas online yang sunyi, dosen yang mengajar seperti sedang rekaman, dan mahasiswa yang hadir tapi tidak benar-benar hadir.

Dunia pendidikan tinggi saat ini sedang berada dalam situasi sulit yang disebut “daring dalam dilema.” Pandemi COVID-19 telah memaksa berbagai institusi pendidikan untuk beralih ke perkuliahan online secara besar-besaran. Peralihan ini membawa banyak tantangan dan memperlihatkan adanya kesenjangan yang cukup dalam.

Idealnya, universitas adalah tempat bertemunya berbagai pemikiran, berkembangnya kemampuan sosial, dan pengalaman belajar yang menyeluruh. Namun, kenyataannya, perkuliahan daring seringkali tidak bisa memenuhi harapan tersebut.

Seharusnya, kuliah itu tentang interaksi langsung, diskusi yang hidup, dan pengalaman belajar yang lengkap. Tapi, realitanya, kita harus menerima perkuliahan online yang seringkali terasa kurang efektif.

Salah satu masalah utama dari perkuliahan online adalah kurangnya interaksi secara langsung. Diskusi yang biasanya seru di dalam kelas, dengan pertanyaan dan jawaban spontan, seringkali menjadi kaku dan terbatas di dunia maya.

Mahasiswa merasa kesulitan untuk benar-benar terhubung dengan dosen dan teman-temannya. Esensi dari “bertukar pikiran,” yang merupakan bagian penting dari belajar, jadi hilang.

Baca juga: Ki Hadjar Dewantara Menangis di Alam Kubur, Pendidikan yang Dulu Dibela, Kini Dijual

Coba bayangkan seorang mahasiswa yang harus berjuang dengan sinyal internet yang naik turun saat dosen menjelaskan materi yang rumit. Belum lagi gangguan dari suara berisik di rumah atau adik yang tiba-tiba masuk kamar. “Duh, tadi dosen bilang apa ya?” mungkin itu yang ada di benak mereka.

Atau, bayangkan mahasiswa lain yang merasa seperti sedang menonton TV. Hanya bisa pasif menerima materi tanpa bisa bertanya atau berdiskusi dengan leluasa, karena keterbatasan teknologi yang ada.

Fakta lain yang memberatkan dari perkuliahan online adalah pengaruhnya pada efektivitas belajar. Banyak penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif antara kuliah daring dan hasil belajar mahasiswa. Terutama untuk mata kuliah yang sulit atau membutuhkan praktik langsung.

Gangguan di rumah, seperti suara bising atau tanggung jawab keluarga, bisa membuat konsentrasi buyar. Masalah teknis, seperti koneksi internet yang tidak stabil atau perangkat yang kurang memadai, juga menjadi penghalang. Selain itu, dosen mungkin kesulitan menyesuaikan cara mengajar mereka ke format daring. Hal ini seringkali membuat perkuliahan menjadi monoton dan kurang menarik.

Lebih jauh lagi, perkuliahan daring memunculkan masalah kesenjangan akses dan kesempatan. Tidak semua mahasiswa punya akses yang sama terhadap teknologi dan fasilitas yang dibutuhkan untuk belajar daring. Mahasiswa dari keluarga yang kurang mampu mungkin kesulitan menyediakan laptop, internet yang stabil, atau tempat belajar yang nyaman.

Kamu mahasiswa? Coba pahami ini: Dinasti Politik di Balik Layar: Warisan Kekuatan dan Kontroversi

Hal ini menciptakan ketidakadilan dalam pendidikan. Mahasiswa yang kurang beruntung jadi lebih dirugikan. Universitas bukan hanya tempat untuk mendapatkan ilmu. Tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan seperti berkomunikasi, bekerja sama, memimpin, dan membangun jaringan profesional.

Kesempatan untuk bersosialisasi, termasuk ikut organisasi atau kegiatan kampus, menjadi terbatas dalam lingkungan daring. Hal ini bisa menghambat perkembangan mahasiswa secara menyeluruh.

Kita juga tidak boleh mengabaikan dampak psikologis dari perkuliahan daring. Kurangnya interaksi tatap muka, dan tekanan untuk terus berada di depan layar bisa memicu masalah kesehatan mental. Misalnya, kecemasan, depresi, dan rasa lelah. Mahasiswa mungkin merasa terisolasi dari lingkungan kampus dan kehilangan semangat untuk belajar.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Tentu saja, perkuliahan online adalah sebuah kebutuhan di tengah pandemi ini. Ke depannya, kita perlu merancang model perkuliahan yang lebih baik dan lebih manusiawi. Mungkin dengan menggabungkan antara daring dan tatap muka atau hybrid learning.

Model ini bisa memberikan fleksibilitas sekaligus menjaga interaksi yang penting dalam pembelajaran. Investasi dalam teknologi juga krusial. Bukan hanya soal fasilitas teknologi seperti internet yang stabil dan platform yang mudah digunakan, tetapi juga tentang pengembangan konten digital yang menarik dan interaktif.

Pelatihan dosen juga memegang peranan penting. Tenaga pendidik perlu dibekali dengan keterampilan untuk mengajar secara daring dengan efektif, menggunakan teknologi dengan baik, dan menciptakan suasana kelas virtual yang kondusif.

Dan yang tak kalah penting adalah dukungan untuk mahasiswa. Dukungan ini harus bersifat komprehensif, mencakup konseling psikologis untuk mengatasi masalah kesehatan mental yang mungkin timbul akibat isolasi dan tekanan belajar daring, serta bantuan finansial bagi mahasiswa yang membutuhkan, agar tidak ada yang terpaksa putus kuliah karena kesulitan ekonomi.

Memahami pendidikan tinggi lebih jauh, silakan baca: Perempuan dan Pendidikan Tinggi: Lebih dari Sekadar Urusan Dapur

Yang paling penting, kita harus selalu ingat bahwa pendidikan bukan hanya tentang memberikan ilmu.  Tetapi pendidikan adalah bekal mahasiswa untuk keterampilan hidup yang relevan bagi masa depan.

Dengan tertanamnya nilai-nilai moral yang menjadi kompas dalam bertindak hingga tumbuhnya kesadaran sosial yang tinggi agar mereka menjadi agen perubahan positif di masyarakat.

Pendidikan itu idealnya seperti sebuah masakan yang butuh bumbu interaksi, proses panas dingin, dan waktu yang cukup. Tapi kuliah daring kadang seperti mie instan cepat, praktis, tapi rasanya tak pernah benar-benar mengenyangkan.”

Penulis: Fayyaza Zakaria


Pojok Kampus: Punya keresahan yang ingin dituangkan dalam bentuk tulisan? Pengalaman, cerita unik, hal seru, atau informasi seputar kampus yang ingin disampaikan kepada publik? Atau ingin menyampaikan ide, opini dan kritik seputar dunia kampus? Yuk menjadi kontributor dan kirim naskah tulisanmu ke laman Pojok Kampus. Materi tulisan yang disampaikan adalah tanggung jawab penulis individu. Sebelum itu, sebaiknya kamu ikuti dengan seksama, teliti, dan hati-hati Panduan Kirim Tulisan dan Poin Kontributor di sekampus.com


Yuk terhubung dengan teman sekampus di sosial media
instagram: instagram.com/sekampuss
tiktok: tiktok.com/@sekampus

sekampus.com
sekampus.comhttp://sekampus.com
Informasi seputar kampus dan program MBKM
RELATED ARTICLES

Leave a Reply

Ramai Dibaca

Discover more from sekampus.com

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading