Kampus Update! Setiap 26 April, kentongan dibunyikan serentak di berbagai penjuru Indonesia. Dari Aceh sampai Papua, kentongan atau alarm sirene dibunyikan tepat pukul 10.00 pagi. Denting kayu sederhana itu mengingatkan kita pada satu hal penting: bahwa bencana bisa datang kapan saja.
Semangat itulah yang menggerakkan berbagai organisasi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) untuk berkumpul dalam satu forum lintas bidang, memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2025.
Digelar di Ruang IKALUM UMJ, Business Center Lantai 4, forum ini menjadi titik awal yang menandai langkah besar untuk membangun Kampus Tangguh Bencana. Dari organisasi yang bergerak di bidang kebencanaan, pertanian, kesehatan, sosial, hingga keorganisasian tingkat kampus, semuanya hadir dalam satu forum bersama.
Menarik untuk kamu ketahui: Benarkah Mahasiswa Gen Z Lebih Sadar Perubahan Iklim?
Bukan hanya untuk merayakan, tetapi juga untuk menggagas kolaborasi nyata dalam membangun ketangguhan kampus terhadap risiko bencana yang kemungkinan besar dapat terjadi.
Berbagai organisasi mahasiswa dari lintas fakultas turut ambil bagian dalam kegiatan ini, di antaranya ERDAMS FKM UMJ, HIMA Agroteknologi dan Agribisnis FAPERTA UMJ, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) UMJ, HIMIA FISIP UMJ, HMKS FISIP UMJ, Tim Bantuan Medis (TBM) Meridien FKK UMJ, serta perwakilan dari Ortom Hizbul Wathan dan STACIA UMJ.
Kegiatan ini diprakarsai oleh Ikatan Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat UMJ (IKALUM UMJ), dengan ERDAMS FKM UMJ sebagai motor penggerak utama.
Inisiatif ini bertujuan untuk mengonsolidasikan potensi seluruh elemen mahasiswa dari berbagai bidang dalam memperkuat upaya pengurangan risiko bencana di lingkungan kampus.
Artikel terkait: Kolaborasi antara Mahasiswa Muhammadiyah dan Relawan dalam Giat Respons Banjir di Tangerang Selatan
Selama forum berlangsung, berbagai strategi dirumuskan untuk membangun budaya Kampus Tangguh Bencana di UMJ.
Salah satu pembahasan penting adalah bagaimana peran masing-masing organisasi dapat dioptimalkan dalam edukasi kesiapsiagaan dan mitigasi risiko bencana kepada masyarakat kampus.
Selain itu, Bang Fatih, senior di bidang sosial-penanggulangan bencana yang juga mewakili IKALUM UMJ dan SAR Mapala Muhammadiyah, turut menyampaikan pandangannya.
“Ini bukan sekadar acara seremoni. Ini langkah awal yang kami yakini akan menjadi pondasi kuat untuk membangun ekosistem kampus yang lebih sadar risiko, lebih siaga, dan lebih tangguh,” ujar Nirwan Dwi Putra, perwakilan dari IKALUM UMJ.
“Kesiapsiagaan bukan hanya soal kemampuan bertahan, tapi juga soal kesadaran kolektif untuk saling menjaga. Kampus harus menjadi tempat lahirnya budaya siaga, bukan sekadar tempat berlindung. Melalui gerakan ini, kita membuka jalan agar kampus mampu membangun generasi yang siap menghadapi risiko, bukan yang menghindarinya,” tegasnya.
Sebagai tindak lanjut, IKALUM UMJ berkomitmen untuk terus merangkul lebih banyak lembaga di lingkungan UMJ. Program-program lanjutan seperti pelatihan rutin, simulasi evakuasi, hingga integrasi prinsip kesiapsiagaan dalam budaya organisasi kampus akan segera dikembangkan dalam waktu dekat.
Langkah Awal dari Menyatukan Potensi & Merangkul Semua Lembaga
Tak hanya sekadar diskusi, pertemuan ini juga dimanfaatkan untuk melakukan produksi video memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana, sebagai bagian dari bentuk edukasi publik.
Video tersebut akan menjadi media kampanye digital yang menjangkau masyarakat luas, berisi informasi ringan namun penting tentang peringatan dini dan langkah-langkah menghadapi bencana.
Inspirasi Buat Kamu: Langkah Kecil dari Kampus, Dampak Besar di Somalia
Video ini mengangkat tema “Kesiapsiagaan adalah Tanggung Jawab Bersama.” Sebuah pesan kuat yang menekankan bahwa semua lembaga—apapun bidang dan latar belakangnya—punya kontribusi terhadap sistem peringatan dini dan edukasi kebencanaan, sesuai kapasitas dan perannya masing-masing.
Baik itu organisasi kesehatan, sosial, pertanian, pendidikan, hingga organisasi administratif, semuanya dapat ambil bagian dalam membentuk ekosistem Kampus Tangguh Bencana.
Dalam video ini juga tergambarkan simbol peringatan kentongan pada pukul 10.00 pagi—sebuah trademark dari BNPB dalam memperingati HKB—yang dibunyikan serentak sebagai tanda bahwa masyarakat harus siap menghadapi kemungkinan bencana.
BNPB memilih kentongan bukan tanpa alasan. Di tengah derasnya modernisasi sistem peringatan dini, kentongan tetap menyimpan nilai-nilai kearifan lokal: mudah dibuat, mudah digunakan, dan dapat menyatukan warga dalam momen darurat. Kentongan bukan hanya simbol tradisional, tapi juga bentuk ajakan konkret untuk mulai waspada, teredukasi, dan saling melindungi.
Video peringatan HKB ini diisi oleh representasi dari berbagai organisasi kampus yang hadir pada hari itu, memperlihatkan semangat kolaboratif lintas bidang yang menjadi kekuatan utama dalam membangun budaya Kampus Tangguh Bencana.
Baca Juga: Peran Mahasiswa dalam Merespons Bencana dan Perubahan Iklim
Menuju Kampus Tangguh Bencana
Meski baru awal, kegiatan ini menjadi langkah penting dalam membentuk jejaring mahasiswa lintas organisasi yang peduli terhadap isu bencana, kesehatan, dan sosial.
Di tengah semakin kompleksnya risiko bencana yang mengintai wilayah Indonesia—dari gempa bumi, banjir, hingga kebakaran hutan—peran kampus sebagai pusat pembelajaran dan penggerak perubahan sosial tidak bisa dipandang sebelah mata.
Inilah yang melatarbelakangi forum lintas organisasi yang baru saja digelar oleh IKALUM FKM UMJ bersama ERDAMS (Emergency Response in Disaster and Medical Services) sebagai motor penggeraknya.
IKALUM UMJ juga menyampaikan komitmennya untuk terus menyatukan langkah dengan organisasi lain di Universitas Muhammadiyah Jakarta yang belum hadir dalam forum ini. Ke depan, akan dibuka ruang-ruang kolaborasi lanjutan yang lebih sistematis dan menyeluruh, agar gerakan Kampus Tangguh Bencana tidak berhenti hanya di tataran simbolik, tetapi bisa menjelma menjadi kekuatan nyata dalam mitigasi dan pengurangan risiko bencana.
Karena kesiapsiagaan bukan hanya tentang alat atau struktur, tapi tentang kesadaran kolektif yang ditanamkan sejak dari ruang kelas hingga ke tengah masyarakat. Dan dari sinilah, perubahan itu mulai digerakkan—dari kampus, untuk Indonesia yang lebih siap, tangguh, dan tanggap terhadap segala kemungkinan.
Update informasi seputar kampus; kegiatan kampus, acara, program, dan pemberitaan. Kirim rilis silakan kirim via email: redaksisekampus@gmail.com, harap konfirmasi melalui DM Instagram: @sekampuss dan atau Whatsapp: 085643190105
Kontributor: Adipatra Kenaro Wicaksana
Penyunting: @ryanari/Redaksi Sekampus
Adipatra Kenaro Wicaksana seorang pegiat kemanusiaan dan relawan aktif yang memiliki ketertarikan pada isu-isu sosial, kebencanaan, dan pemberdayaan masyarakat. Melalui keterlibatannya di berbagai kegiatan lapangan, ia berupaya mendokumentasikan kisah dan inspirasi dari para relawan serta komunitas terdampak. Ia dapat dihubungi melalui email di Kenaro11@gmail.com.